twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

-AND LOVE SAYS-

“Ku suka dirinya. Mungkin Aku sayang. Namun apakah mungkin Kau menjadi milikku. Kau pernah menjadi, menjadi miliknya. Namun salahkah Aku bila Ku pendam rasa ini”

Lagu itu menemani lamunanku. Meski mataku tertuju pada rintik hujan diluar jendelaku, pikiranku melayang. Memikirkan kejadian siang ini. Aku merasa hampa. Ternyata waktu yang cuma 2 minggu bisa ngerubah segalanya. Sebelum liburan Semester, aku lagi dekat sama seseorang. Cowok pastinya.

Saat itu, sehari sebelum nerima raport, Dion menghampiriku yang sedang berjalan menuju pintu gerbang. Refleks aku pun berhenti.

“Titta, lo mau nggak jalan-jalan ama gue?” tanya Dion lengkap dengan senyum manisnya.

“Hah?” aku kadang memang kadang suka nggak fokus sama apa yang sedang terjadi. “Sorry Di.. Jalan-jalan?”

“Kenapa? Lo nggak mau yah?” tampang Dion terlihat sedikit kecewa.

“Ehmm.. Bukan gitu. Tapi,, Waktunya kapan?”

“Malam Minggu besok gimana? Loe ada acara nggak?” Dion masih dengan senyum manisnya. Dion emang cowok populer di kalangan cewek-cewek SMA Putra Bangsa ini. Senyumnya yang cute dan manis bisa membuat cewek-cewek klepek-klepek. Banyak banget cewek-cewek yang ngefans plus tergila-gila ama nih anak. Voila, sekarang aja banyak orang yang sedang memperhatikan kami. Iri kali yah?

“Malam hu.um? Dion, sorry, kalau malam mungkin gue nggak bisa, soalnya gue nggak boleh keluar malam..” sumpah aku kecewa banget. Kenapa sih orang tua-ku ngelarang aku keluar malam? Aku kan udah 17 tahun, bukan anak TK lagi.. Ugh!

“Owh,, gitu yah? Ya udah nggak pa-pa kok.. kapan-kapan aja kalau lo ada waktu. Mo pulang kan? Gue anter yah?” tawar Dion lagi. Aku pun mengangguk dan tersenyum manis.

***

Senin pagi, sebelum berangkat ke sekolah aku sudah tak sabar ingin bertemu dengan Dion. 2 minggu berlalu, menjawab semua, bahwa aku mulai menyukai Dion. Aku akan memberitahu Dion tentang rencana jalan-jalan itu.

Namun saat aku bertemu dengan Dion, dia tak menyapaku lagi. Aku ingin menyapanya, tapi gengsi donk, masa’ cewek yang nyapa cowok duluan. Aku jadi nggak bisa konsentrasi ke pelajaran gara-gara mikirin itu.. Bahkan waktu papasan di koridor kelas, dia nggak


mandang aku sedikitpun. Seakan-akan aku ini nggak ada. Aku terpaku di depan


kelasku, Dion pergi begitu saja.

“Titta!” suara lembut mengagetkanku. Aku sedikit berharap suara itu Dion, tapi…

“Ohh, Tio. Ada apa?” Yaah.. ternyata Tio sahabatku. Sedikit kecewa juga rasanya.


“Ada apa, ada apa, lo tuh yang ada apa? Kenapa sih lo kayak ayam kesambet setan gitu?”

“Haha, nggak apa-apa kok!” Aku menutupi wajah sedihku. Aku udah sering banget cerita tentang kedekatanku sama Dion ke Tio. Tapi aku nggak mau Tio tau tentang perubahan sikap Dion sama aku.

“Dion yah?” tembak Tio langsung kena sasaran!

“Bukan,” aku mengelak. Tio meremas tanganku lembut seakan menguatkanku.

Tio mengajakku ke kantin, kami mengambil meja paling pojok biar bisa ngomong tanpa takut ada yang denger. Tio mendesakku untuk cerita. Akhirnya aku pun cerita semuanya. Sikap Dion yang berubah 180 derajat itu. Ugh, ngeselin! Aku dan Tio sepakat untuk nggak peduli sama dia lagi. Cowok plin-plan aneh kayak Dion harus di jauhi!

***

Pikiranku kembali ke alam sadar. Ke masa kini. Ke aku yang sedang memandang titik hujan di luar sana. Lagu Vierra-Rasa Ini terus mengalun mengikuti suasana hatiku. Ahh… bodohnya, kenapa aku bisa jatuh cinta sama Dion? Perlahan air mataku membasahi pipi.

Hari Minggu, aku keluar untuk menenangkan pikiran. Wuahh.. Pengen rasanya window shooping lagi. Udah lama aku nggak belanja di Malioboro . Tapi sebelum masuk udah ada pemandangan nyebelin di depanku. Dion! Dia merangkul pundak seorang cewek! Kayaknya cewek itu bukan anak SMA Putra Bangsa deh. Pacarnya?! Sialan!!! Mood-ku buat belanja ancur deh. Aku berlari keluar Malioboro, mencegat taksi lalu meluncur ke rumah Tio. Aku butuh tempat bersandar!!

Tante Melinda yang membukakan aku pintu. “Eh, Titta ayo masuk. Udah lama kamu nggak main ke sini. Tio sampi sering bilang sama Tante kalau Tio kangen. Pengen kamu main ke sini lagi.”

Hah? Maksudnya apa? Aku heran sendiri. “Iya Tante, makasih. Tio di mana yah?”

“Itu di ruang TV, lagi main PS sama Rendra. Masuk aja Ta,” Tante Melinda melenggang dengan anggun ke dapur. Meneruskan memasak roti, uhm.. wanginya tercium hidungku. Badmood-ku lumayan terobati. Udah lama banget aku nggak main ke rumah Tio, terhitung sejak kedekatanku dengan Dion. Aku agak menjaga jarak dengan Tio.

Aku menyenggol bahu Tio yang lagi kalapnya ngalahin jagoan Rendra—adiknya—di PS. Tio menoleh dan wajahnya kelihatan sumrigah, seneng, heppy ngeliat aku. Haha, GR kalee! Aku hanya terdiam, tapi air mataku meleleh perlahan.

“Lho? Lho? Lho? Lo kenapa sih? Dateng-dateng ke sini malah mewek? What’s wrong? What’s up?” Tio panik sendiri ngeliat aku yang tiba-tiba mewek di depan dia. Ya paniklah, masa main ke rumah tiba-tiba aja mewek.

“Kak Titta!! Kok dah lama nggak ke sini? Kak Tio suka ngigau tuh! Katanya kangen sama Kak Titta! Hahaha!”

“Apaan sih lo?! Anak kecil jangan asal ngomong!” elak Tio gelagapan. Aku berusaha tersenyum nanggapin candaan Rendra. Tio segera menuntunku ke taman belakang. Mendudukkanku di kursi dengan lembut.

“Lo kenapa?” Tio jongkok di depanku sambil menatapku teduh.

“Dion.. hiks.. hiks..” aku terisak. Bayangan Dion yang lagi mesra-mesraan terus ngikutin. Ugh, bikin hidup orang nggak tenang aja! Sekilas, sekilas banget, Tio memalingkan muka mendengar nama Dion. Tap..tap..tap.. Tante Melinda datang membawa roti dan orange juice.

“Titta, ayo di ma—“Tante Melinda terkejut melihat aku yang nangis. “Kamu kenapa Titta?”

“Titta nggak pa-pa kok ma, tenang aja!” Eh, malah Tio yang jawab.

“Ya udah.. Jangan ampe kamu apa-apain lho si Titta,” Tante Mel tersenyum dan masuk ke dalam rumah.

“Ta, lo kan dah pernah bilang nggak akan ngurusin Dion lagi. Lo lupa?”

“Tapi Dion, tadi gue.. Gue ketemu Dion di Malioboro. Dia ama cewek!”

Tio memutar matanya. “Yaelah Titta, gue kira apaan. Cuma gitu doank juga. Ta, dah terbukti kalo Dion itu brengsek! Ngapain lo masih ngarep dia?! Apa yang istimewa dari dia, coba?! Teganya ngebuat lo kayak gini. Gue nggak mungkin tega nyakitin hati lo, Ta.. Lo terlalu—“ Tio menggantungkan kalimatnya. “Ugh! Sialan!!” Tiba-tiba aja Tio ngegebuk tembok. Titta tersentak.

“Lo kenapa?”

“Nggak pa-pa,” kata Tio. Datar banget.

***

Udah seminggu setelah aku melihat Dion jalan ama ceweknya. Akhir-akhir ini Dion bukannya nggak pernah melengos ketika ngelihat aku, tapi aku ama dia malah nggak pernah ketemu. Padahal kelasku dan kelasnya cuma terpisah satu kelas. Kalaupun ketemu dia ngacir. Aku sih fine-fine aja sekarang. Berkat saran-saran Tio aku bisa menghapus perasaanku ama Dion, meski bertahap.

Srett.. aku meraba laci mejaku. Aku selalu ngecek laci tiap pagi. Bukannya kenapa-kenapa. Tapi parno aja kalo-kalo ada yang nyembunyiin kecoak, kodok, ato bangkai tikus di sana. Hihihi. Ada sesuatu! Wuah! Beneran ada yang ngerjain nih! Aku melongok pelan-pelan sambil komat-kamit.

“Eh, mawar merah?” aku kaget sendiri ngelihat bingkisan mawar plus seamplop surat. Halah,,halah,, sapa nih? Bukan ulang tahun gue juga.

Waktu serasa berhenti saat melihatmu Titta…

Wajahmu sungguh pancaran mentari pagi.. menyilaukanku..

Sinarmu terlalu terang tuk kumiliki..

Aku akan selalu menjaga sinar itu.. Meski rasa untuk memilikimu terkadang

menyiksa batinku..

membuatmu tersenyum pun sudah membuat hatiku tersenyum

Meski kadang aku menahan perih…

T.D.M

Nb. Sumpah, aku nggak bohong Titta. Kalau kamu mau tau siapa aku.

Ntar sepulang skul ke Ice n Cream yah? Aku di meja no 9.

Hah? Titanium Dion Mahendra!! Nama lengkapnya Dion!! Dion ngajak ketemuan?? Titta nggak bisa konsen ke pelajaran. Pikirannya ngebayangin acara ketemuannya ama Dion ntar.

***

Ice n Cream café…

Aku masuk dengan tampang senang dan tenang, meja no 9. Hihihi. Dion dah nunggu aku. Wah, Dion pake topi merah. Keren!!

Aku semakin dekat ama meja no 9. Lhoo?? Cowok yang ada di balik kursi itu.. bukan Dion! Haduh! Titta jadi parno sendiri. Bego! Ngapain gue langsung nerima ajakan ketemuan cowok yang bahkan belum tentu gue kenal! Dodol! Nggak pikir panjang! Jangan-jangan nih cowok mau nyulik gue! Cowok itu menoleh, dan…

‘Hai,, Titta!” Tio melambai-lambai kegirangan. Hah??

“Tio? Ngapain lo disini?” aku nggak bisa nyembunyiin rasa kagetku.

“Lho? Lo dah baca surat gue kan?” Tio balik tanya. Hah? Jadi… TDM itu,, Tiorestya Danar Mahangga. Bukan Titanium Dion Mahendra. Ugh! Salah sapa punya nama insial yang mirip. Dasar Tio kalo becanda suka kelewatan!!

“Lo becanda?!” aku menatapnya penuh selidik sambil duduk di hadapannya.

“Nggak, gue serius. Gue suka sama lo Ta.. Dah dari dulu. Lo-nya aja yang nggak nyadar-nyadar. Saraf peka lo dah putus kali,” saat momen tembakan ini si Tio masih sempet-sempetnya becanda. Aku manyun. Mbak-mbak ice n cream datang membawa es vanilla cokelat+topping coklat putih sama es krim rasa durian kesukaan Tio. Aku cuma terdiam, memikirkan.. bener nggak sih pernyataan Tio tadi? Jangan-jangan cuma becanda. Nggak lucu kan?!

“Lho? Kok lo diem? Tumben nggak langsung di makan? Biasanya langsung nafsu kalo liat es krim,”

Aku tersenyum..canggung. Tio mulai menyantap es krimnya.

“Gimana jawaban lo?”

“Hah? Apa?”

“Pernyataan cinta gue ke elo?!”

“Serius? Gue kira lo becanda.”

“Gila lo! Mana mungkin gue becanda ama perasaan gue sendiri. Segila-gilanya gue, kali ini gue serius, titta. Gue sayang sama lo.”

“Gue nggak mau punya pacar yang suka ngatain pacarnya gila.”

“Oke.. nggak akan lagi.”

“Gue nggak mau punya pacar yang becandanya kelewatan”

“Oke..oke..”

“Gue—“

“Banyak amat syaratnya..”

“Ya udah kalo nggak mau,” Tio terdiam menatapku dengan serius. Menungguku bicara lagi. “Yang terpenting gue nggak mau kalo lo harus ngerubah diri lo, kalo ntar lo jadi pacar gue. Gue suka Tio yang kayak biasa.”

“Jadi?”

Aku tersenyum dan melahap es krimku. Tio terlihat senang. Waktu pulang, Tio menggandeng tanganku erat, seakan nggak ingin aku jauh darinya. Nggak papa-lah kalo aku punya pacar otak korslet, orang gila yang suka hiperjustkid kayak Tio ini. Yang penting,,,, Love says that I love you, Tiiooooo….

THE END

By : Desy Ayu Irma P.

1 komentar:

Me Ji Ku Hi Bi Ni U mengatakan...

=)

Posting Komentar